Sabtu, 07 Februari 2015

sedingin es


mungkin dia..
yang telah mencuri hatiku
mungkin telah lama
tanpa ku sadari
dan aku baru menyadarinya
saat semua akan berakhir

dengan tatapan beku
aku menatapnya
sikapku..
yang sedingin es kepadanya...
karena itu aku merasa bersalah kepadanya

dan senyumannya
sehangat mentari pagi
yang telah membuat diriku meleleh
dia bagaikan sang mentari
yang menyinari hari

dan saat malam tiba
aku kehilangan dirinya
akankah sang mentari terbit lagi?
aku tak tau..

dan..
akankah sang mentari terbit lagi?
terbit untuk kedua kalinya?
akankah ada kesempatan lagi?
kesempatan kedua kalinya?
mungkin tidak.....
karena sang waktu tak bisa diulang
ataupun dimundurkan
dan itu telah menimbulkan..
penyesalan yang tak berujung

sang pencuri hati
maafkan aku baru menyadarinya
dan biarlah penyesalan ini
sebagai penebus kesalahanku..
padamu


Minggu, 25 Januari 2015

puisiku

Dalam Serpihan Asa 

Semua ini
Bisakah menjadi saat tertentu
Agar semua tau
Diriku disini
Aku tak sembunyi
Kerapuhan dalam mengingat
Dan dalam luka sesaat
Bisakah dirimu terlihat?

Dalam serpihan angan
Jauh dalam disana
Dapatkah sebagian dusta
Terbiaskan kejujuran
Dan saat ini
Jika dirimu terlihat
Bisakah kau temukan
Sesuatu yang berharga?
Dalam kerapuhan ini
Menjelma menjadi kekuatan terbesar
Untuk mempertahankanmu

Meskipun dalam serpihan asa
Yang tak mungkin menjadi nyata
Dalam sunyi ku berkata
Mengharapkanmu adalah sudah biasa
Dan jika kau bertanya
Tanyakanlah pada rasa
Yang penuh dengan serpihan asa
Yang berharap menjadi nyata
Kau tau?
Meski tiba sang waktu
Pergi meninggalkan kenangan
Dan juga dalam untaian kata
Yang mewakili kehadiranmu
Saat semua berakhir
Ku harap itu sebuah awal
Untuk pergi dan merana
Dan sehingga sesuatu yang terbaik
Muncul dengan sendirinya.

Sabtu, 24 Januari 2015

cerpen

Senyuman Sehangat Matahari



Hari ini masih sama dengan hari sebelumnya. Dengan lagit yang masih biru bersih,matahari dan kecerahannya,dan juga ia pun masih terbit dari sebelah timur. Ya tentu hal itu masih sama. Dan akan tetap seperti itu setiap harinya. Tetapi rasanya sejak ia menghilang,bagiku sang mentari pun tak seindah sebelumnya. Tak sehangat sebelumnya. Dan hatiku pun suram muram dan rasanya mendung sejak dia tak ada. Dia yang memberikan matahari di hidupku sekarang tak ada lagi. Mungkin dia ada, tapi di tempat lain. Dia sudah menghilang dari hidupku. Dia yang telah memberikan senyuman sehangat matahari dan telah menghiasi hari di setiap harinya. Dan juga telah membangkitkan semangat diri. Senyumannya pun bagaikan embun yang menyejukkan,dapat menyejukkan hatiku. Tatapannya pun lembut dan dapat membuatku terpaku.  Ya,dulu. Itu sudah lama. Lama sekali. Dan sekarang dia sudah menghilang.
Aku begitu kehilangan dirinya. Aku merindukan sosoknya. Rasa sakit yang menyelimuti hati ini selalu muncul saat aku merindukannya. Aku pun merindukannya setiap saat. Apakah dia akan kembali? Entahlah. Tetapi itu selalu menjadi harapanku. Hanya secercah harapan. Mungkin peluang bagiku untuk menemukannya kembali sedikit sekali. Tapi aku tak berhenti berharap. Karena hatiku masih untuknya. Untuk dirinya.  Walaupun aku tak pernah memilikinya, bagiku melihatnya setiap hari saja sudah cukup. Kehadirannya saja sudah membuatku bahagia. Hhhh dia yang memberikan senyuman sehangat matahari itu,aku selalu berharap bisa melihatnya lagi. Andai saja waktu bisa kuputar,aku pasti memutarnya ke masa lalu. Aku rindu sekali saat-saat dia masih ada di hidupku,dan sebelum dia menghilang. Jika ku tarik ke belakang..
Beberapa tahun lalu
“Hei berhenti!” teriaknya.
Aku pun tetap berjalan. karena ku pikir ucapannya tidak ditujukan kepadaku. Lagi pula aku sedang terburu-buru menuju kelas.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              
“Hei berhenti! Alindia Kartika!”
Sontak aku kaget dan seketika itu pula aku pun menghentikan langkahku. Tak kusangka dia memanggilku,dan dia pun menghampiriku.
“Ini bukumu terjatuh.”
“Oh makasih ya. Bagaimana bisa kau tau namaku?”
“Lah kan udah ketulis di bukunya. Oh iya namaku Andrian Dwiharja dari kelas 7f” katanya sambil memperkenalkan diri.
“Ah ga nanya. Duluan ya,mau ke kelas nih”
Aku pun terburu-buru menuju kelas meninggalkannya yang berdiri mematung disana. Mungkin dia tak menyangka aku berkata seperti itu. Mungkin kesannya aku jutek atau bagaimana lah. Ah aku tak peduli.
_
“Tika, kok lama banget sih nyampe kelas?” kata Rina,temanku.
“Iya tadi bukunya jatoh. Yang nemuin sih tau tuh namanya Andrian Dwiharja kalo ga salah.”
“Yang bener? Ketemu dimana?” ujar Rina antusias.
“Itu di deket perpus.”
“Tik,kok biasa aja sih udah ketemu si Rian? Dia kan terkenal tau. Udah pinter,ganteng,jago maen basket lagi.”
“Masa? Emang ya?”
“Ih Tika,kemana aja sih? Kita udah 7 bulan sekolah disini,udah mau setaun juga,masa ga tau sih?” ujar Rina keheranan.
“Iya beneran,ga tau Rin.”
“Ah tau ah, Tika mah aneh.”
“Tapi aku kayaknya agak jutek sama dia tadi. Namanya juga lagi buru-buru. Tadi dia ngenalin diri aku malah bilang ke dia : ‘ah ga nanya’  ” ujarku polos.
“Ih Tika. Kamu tuh nyebelin banget sih. Itu mah parah,bukan jutek lagi.” Kata Rina kesal.
“Ah biarin ah”
_
Seperti biasa aku ke perpus setiap jam istirahat. Ini merupakan salah satu tempat favoritku. Ya,dengan tempat tenang seperti ini aku bisa konsentrasi membaca. Hhhh tapi teman-temanku tak begitu suka membaca. Jadi aku selalu sendirian kalau ke perpus.
Aku pun duduk di pojok kanan. Sendiri. Ya memang biasanya begitu. Kali ini aku membaca sebuah novel misteri. Cukup tebal memang. Tapi aku yakin akan membaca habis buku itu dalam waktu dekat. Tiba-tiba ada yang menghampiriku. Dan tak ku sangka orang itu adalah : Rian.
“Eh,ketemu lagi.” Ujarnya
“Oh iya” jawabku cuek. “Tumben disini.”
“Ah enggak kok emang biasa kesini pas istirahat. Sambil merhatiin kamu dari kejauhan.”
“Maksudnya?” ujarku heran.
“Iya,aku tau kok kamu selalu ke perpus. Dan selama ini aku terus merhatiin kamu. Dan akhirnya gara-gara kejadian waktu itu,yang pas bukumu jatuh,aku bisa tau nama kamu. Kamu tuh kalo baca serius banget,kaya punya dunia sendiri. Dan aku suka ngeliatnya.” Lalu ia pun tersenyum. Manis sekali. Dan senyumannya itu sehangat matahari. Membuatku terpesona.
“Oh.” Jawabku singkat. Namun sebenarnya jantungku berdebar. Mungkin aku mulai menyukainya. Tak ku sangka sudah lama ia memperhatikanku.
Aku pun melanjutkan membaca tanpa memperdulikan keberadaannya. Dan ia pun ikut membaca tepat di sampingku. Tidak tahukah ia bahwa sebenarnya aku gugup sekarang?
Tetapi tetap saja,ada sebersit kesenangan di hatiku saat ia disampingku. Ya,aku senang hari ini.
Dan bel pun berbunyi,tanda waktu istirahat sudah selesai. Kami pun berpisah,pergi ke kelas masing-masing.
­_
Dan seterusnya kini aku tak sendiri lagi. Kini Rian selalu menemaniku ketika membaca di perpus. Aku senang. Dan ini berlangsung sampai kelas 8. Apalagi kami di kelas 8 ini sekelas. Kami selalu berdiskusi tentang banyak hal. Tetapi dia menjadi sainganku. Di semester satu memang dia rengking 1 dan aku rengking 2. Tapi selisih nilainya tipis sekali. Cuma beda koma. Aku tak peduli. Yang penting aku bisa belajar dengan baik.
Sekarang sudah semester 2. Tak terasa memang. Sekarang aku fokus belajar untuk mengikuti olimpiade matematika. Aku akan mewakili sekolahku besama Rian. Jadi hampir seharian aku bersamanya. Kami pulang lebih sore dari teman-teman lain untuk mempersiapkan lomba itu. Sering kali kami hanya belajar mandiri tanpa didampingi guru. Jadi kami sering berdua.
Pada suatu hari ia memberikan sesuatu kepadaku.
“Ini” ujarnya sambil memberikan sebuah buku.
“Apa ini? Apa maksudnya ngasih buku ini?”
“Ini diary, tulis aja keseharian Tika disini. Senang,sedih,atau kejadian apapun tulis disini. Mulai sekarang dia menjadi sahabat rahasiamu”
“Kok sahabat rahasia?”
“Iya,kan kalo kamu nulis disitu,nulis rahasia apapun dia ga bakal ngebocorinnya.”
“Oh iya ya,hehe. Makasih ya.”
“Iya sama-sama. Anggep aja hari ini hari ulang tahun kamu. Mulai sekarang hari ini tanggal lahir palsu kamu,ya. Ingat itu.” Ujar Rian serius
“Ah kamu ada-ada aja.”
_
Sehari sebelum lomba dilaksanakan. Tetapi entah mengapa Rian tak datang ke sekolah. Aku menghawatirkannya. Dia tak biasanya tak hadir tanpa alasan. Tiba-tiba ada kabar bahwa Rian pindah ke Amerika karena orangtuanya dipindahkan tugas disana. Sontak aku kaget dan aku tak kuasa menahan air mataku yang sudah membendung. Tetapi aku harus tegar dan tetap semangat. Karena pelaksanaan lomba hanya hitungan jam dan aku harus melaksanakannya walaupun tanpa Rian.
Seminggu kemudian
Pemenang lomba sudah diumumkan dan aku juara 3. Alhamdulillah. Tetapi hatiku sakit karena aku kehilangan Rian. Dan kini seperti dulu,aku selalu sendirian di perpus. Sambil aku mengenang kebersamaan kami dulu. Tak apa lah,walau hatiku sakit tetapi aku harus melanjutkan perjuanganku. Aku harus tetap belajar.
Tetapi hatiku sakit. Sangat sakit. Untuk mengobatinya aku mengarang sebuah puisi dengan derai air mata. Aku pun menulis puisi di buku diary pemberiannya.

Tatapanmu
Dirimu yang entah kemana
Entah dimana
Dan aku tak tau kapan
Bisa menemukan tatapan lembutmu lagi
Dirimu yang  telah
Menjerat hatiku
Dan setelah itu
Kau tinggalkan
Seberkas kenangan
Dan kini
Aku mempunyai seberkas angan
Untuk mendapatkan tatapan itu lagi
Ya, tatapan yang membuatku terpesona
Ya.. hanya seberkas angan
Di dalam kediaman ini
Ditengah kesunyian hati
Dan kegamangan
Untuk menunggumu kembali
Dan jika kau kembali disisi
Aku ingin mendapatkannya lagi
Ya tatapanmu
Tatapan lembut itu
Yang membuatku merindukanmu
_
Kini aku sudah menjadi mahasiswi di salah satu universitas negeri ternama. Dan aku masih belum bisa melupakan Rian. Meskipun tanpa pamit dia pergi,tetapi aku masih menyimpannya di hatiku. Selain menyimpannya di hatiku,buku diary itu pun masih ada. Ku simpan dengan rapi di laci meja belajarku. Walau isinya sudah penuh,aku masih menyimpannya dengan baik. Karena itu satu-satunya hadiah kenang-kenangan darinya. Dan sesekali aku membaca buku diary itu,untuk mengobati kerinduanku.
Aku pun pergi menuju kampusku seperti biasa. Tiba-tiba..
“Hei berhenti!”
Aku pun menghentikan langkahku. Dan seseorang menghampiriku.
“Ini bukumu terjatuh” ujarnya.
Aku terpaku untuk beberapa saat. Lalu aku teringat seseorang.
“Ini Rian kan? Andrian Dwiharja?”
“iya bener kok, Alindia Kartika. Maaf ya dulu ga sempet pamit. Aku ga nyangka kita bisa ketemu lagi disini”
“Iya. Udah pindah ke sini lagi? Dari kapan?
“Dari kelas 12 kok. Tapi aku tetep kuliah disana. Sekarang lagi liburan.”
“Oh”
Untuk beberapa saat kami terdiam.Dia pun menatapku lekat.  Lalu dia menghela nafas.
“Hhhh.. Tik, tau ga dari pertama aku ngeliat kamu aku udah suka sama kamu. Maaf dulu aku ga sempet ngungkapin ini,mungkin aku dulu terlalu pengecut. Dan sampe sekarang aku masih suka sama kamu. Selama ini aku ga bisa ngelupain kamu.”
“Sama kok. Aku juga gitu. Aku juga ga bisa ngelupain kamu selama ini. Apalagi senyuman kamu”
“Kalo gitu,mau ga nunggu aku lulus 3 tahun lagi? Lagi pula kita bisa ketemu pas liburan. Aku ga mau kehilangan kesempatan untuk yang kedua kalinya”
Aku pun mengangguk. Rian pun langsung memelukku.
“Terima kasih sudah mau menungguku.” Bisiknya.
_

 Akhirnya penantianku sudah terjawab. Aku sangat bahagia bisa bertemu dengannya lagi. Tak apa aku menunggu 3 tahun lagi. Dan kini aku bisa melihat senyuman itu lagi. Aku bahagia. Minggu depan dia akan kembali kesana. Dan 3 tahun kemudian,kita akan kembali bersama,seperti dulu.

Rabu, 21 Januari 2015

puisiku

bintang




Sang bintang
Yang menerangi jiwa
Dengan pesonanya
Membuatku tak berdaya
Sang bintang
Yang menguasai pikiran
Yang tak bosan
Mengisi hari
Hingga kini
Hei bintang
Tetaplah bersinar
Walaupun jauh
Aku tetap bisa
Melihat pesona cahayamu disini
Takkan terlupa
Cahayamu itu bagiku
Takkan terlupa begitu saja
Olehku
Hai bintang
Walau aku terlambat
Menyadari pesonamu
Hingga kini
Aku tetap mengagumimu
Mengagumi cahayamu
Yang tak kau sadari
Kau sudah memberikannya untukku
Oleh karena itu
Bisakah kau tetap bersinar?
Walau kau jauh
Ijinkan aku untuk terus
Menikmati cahayamu
Oleh karena itu
Teruslah bersinar

Untukku 

puisiku

ini cuma sebuah puisi yang ga sengaja dikarang.... cuma iseng doang. lumayan buat nge-refresh otak gara-gara kebanyakan tugas. mungkin ceritanya puisi tentang kerinduan kepada seseorang dan menunggunya. ini hanya sekedar karangan biasa dan selamat membaca!



tatapanmu

Dirimu yang entah kemana
Entah dimana
Dan aku tak tau kapan
Bisa menemukan tatapan lembutmu lagi
Dirimu yang  telah
Menjerat hatiku
Dan setelah itu
Kau tinggalkan
Seberkas kenangan
Dan kini
Aku mempunyai seberkas angan
Untuk mendapatkan tatapan itu lagi
Ya, tatapan yang membuatku terpesona
Ya.. hanya seberkas angan
Di dalam kediaman ini
Ditengah kesunyian hati
Dan kegamangan
Untuk menunggumu kembali
Dan jika kau kembali disisi
Aku ingin mendapatkannya lagi
Ya tatapanmu
Tatapan lembut itu

Yang membuatku merindukanmu

Selasa, 20 Januari 2015

catatan kecil

Pelangiku





Ku rindukan..
Sosok yang wajahnya dapat menyejukan hati..
Sosok yang senyumnya
Dapat mengubah suasana hati
Dari duka menjadi tawa
Dari risau menjadi ceria
Dari gundah menjadi bahagia
Tutur katanya lembut
Selembut sutera
Akhlaknya indah
Bagaikan mutiara
Sosok yang bisa
Menjawab semua pertanyaanku
Dan pertanyannya adalah
Apakah aku bisa mendapatkan sosok tersebut?
Kapankah aku mendapatkannya?
Bertemu dengannya?
Akupun masih menunggu..
Menunggu dan menunggu
Seperti menunggu pelangi
Yang datang setelah hujan
Dan kini..
Hujanku belum berakhir
Ku tak tau
Kapan hujanku berakhir
Ku ingin hujanku segera berakhir
Agar aku bisa
Bertemu dengan
PELANGIKU