ini ada puisi baru lagiii..
sekedar berbagi
sedikit info dan tulisan yang mungkin menambah wawasan anda
Selasa, 21 April 2015
Sabtu, 07 Februari 2015
sedingin
es
yang
telah mencuri hatiku
mungkin
telah lama
tanpa
ku sadari
dan aku
baru menyadarinya
saat
semua akan berakhir
dengan
tatapan beku
aku
menatapnya
sikapku..
yang
sedingin es kepadanya...
karena
itu aku merasa bersalah kepadanya
dan senyumannya
sehangat
mentari pagi
yang telah
membuat diriku meleleh
dia bagaikan
sang mentari
yang menyinari
hari
dan saat malam tiba
aku kehilangan dirinya
akankah sang mentari terbit lagi?
aku tak tau..
dan..
akankah sang mentari terbit lagi?
terbit untuk kedua kalinya?
akankah ada kesempatan lagi?
kesempatan kedua kalinya?
mungkin tidak.....
karena sang waktu tak bisa diulang
ataupun dimundurkan
dan itu telah menimbulkan..
penyesalan yang tak berujung
sang pencuri hati
maafkan aku baru menyadarinya
dan biarlah penyesalan ini
sebagai penebus kesalahanku..
padamu
Minggu, 25 Januari 2015
puisiku
Dalam Serpihan Asa
Semua ini
Bisakah menjadi saat tertentu
Agar semua tau
Diriku disini
Aku tak sembunyi
Kerapuhan dalam mengingat
Dan dalam luka sesaat
Bisakah dirimu terlihat?
Dalam serpihan angan
Jauh dalam disana
Dapatkah sebagian dusta
Terbiaskan kejujuran
Dan saat ini
Jika dirimu terlihat
Bisakah kau temukan
Sesuatu yang berharga?
Dalam kerapuhan ini
Menjelma menjadi kekuatan terbesar
Untuk mempertahankanmu
Meskipun dalam serpihan asa
Yang tak mungkin menjadi nyata
Dalam sunyi ku berkata
Mengharapkanmu adalah sudah biasa
Dan jika kau bertanya
Tanyakanlah pada rasa
Yang penuh dengan serpihan asa
Yang berharap menjadi nyata
Kau tau?
Meski tiba sang waktu
Pergi meninggalkan kenangan
Dan juga dalam untaian kata
Yang mewakili kehadiranmu
Saat semua berakhir
Ku harap itu sebuah awal
Untuk pergi dan merana
Dan sehingga sesuatu yang terbaik
Muncul dengan sendirinya.
Sabtu, 24 Januari 2015
cerpen
Senyuman
Sehangat Matahari
Hari ini masih sama dengan hari sebelumnya. Dengan lagit
yang masih biru bersih,matahari dan kecerahannya,dan juga ia pun masih terbit
dari sebelah timur. Ya tentu hal itu masih sama. Dan akan tetap seperti itu
setiap harinya. Tetapi rasanya sejak ia menghilang,bagiku sang mentari pun tak
seindah sebelumnya. Tak sehangat sebelumnya. Dan hatiku pun suram muram dan
rasanya mendung sejak dia tak ada. Dia yang memberikan matahari di hidupku
sekarang tak ada lagi. Mungkin dia ada, tapi di tempat lain. Dia sudah menghilang
dari hidupku. Dia yang telah memberikan senyuman sehangat matahari dan telah
menghiasi hari di setiap harinya. Dan juga telah membangkitkan semangat diri. Senyumannya
pun bagaikan embun yang menyejukkan,dapat menyejukkan hatiku. Tatapannya pun lembut
dan dapat membuatku terpaku. Ya,dulu.
Itu sudah lama. Lama sekali. Dan sekarang dia sudah menghilang.
Aku begitu kehilangan dirinya. Aku merindukan sosoknya. Rasa
sakit yang menyelimuti hati ini selalu muncul saat aku merindukannya. Aku pun
merindukannya setiap saat. Apakah dia akan kembali? Entahlah. Tetapi itu selalu
menjadi harapanku. Hanya secercah harapan. Mungkin peluang bagiku untuk
menemukannya kembali sedikit sekali. Tapi aku tak berhenti berharap. Karena
hatiku masih untuknya. Untuk dirinya.
Walaupun aku tak pernah memilikinya, bagiku melihatnya setiap hari saja
sudah cukup. Kehadirannya saja sudah membuatku bahagia. Hhhh dia yang
memberikan senyuman sehangat matahari itu,aku selalu berharap bisa melihatnya
lagi. Andai saja waktu bisa kuputar,aku pasti memutarnya ke masa lalu. Aku
rindu sekali saat-saat dia masih ada di hidupku,dan sebelum dia menghilang.
Jika ku tarik ke belakang..
Beberapa tahun lalu
“Hei berhenti!” teriaknya.
Aku pun tetap berjalan. karena ku pikir ucapannya tidak
ditujukan kepadaku. Lagi pula aku sedang terburu-buru menuju kelas.
“Hei berhenti! Alindia Kartika!”
Sontak aku kaget dan seketika itu
pula aku pun menghentikan langkahku. Tak kusangka dia memanggilku,dan dia pun
menghampiriku.
“Ini bukumu terjatuh.”
“Oh makasih ya. Bagaimana bisa
kau tau namaku?”
“Lah kan udah ketulis di bukunya.
Oh iya namaku Andrian Dwiharja dari kelas 7f” katanya sambil memperkenalkan
diri.
“Ah ga nanya. Duluan ya,mau ke
kelas nih”
Aku pun terburu-buru menuju kelas
meninggalkannya yang berdiri mematung disana. Mungkin dia tak menyangka aku
berkata seperti itu. Mungkin kesannya aku jutek atau bagaimana lah. Ah aku tak
peduli.
_
“Tika, kok lama banget sih nyampe
kelas?” kata Rina,temanku.
“Iya tadi bukunya jatoh. Yang
nemuin sih tau tuh namanya Andrian Dwiharja kalo ga salah.”
“Yang bener? Ketemu dimana?” ujar
Rina antusias.
“Itu di deket perpus.”
“Tik,kok biasa aja sih udah
ketemu si Rian? Dia kan terkenal tau. Udah pinter,ganteng,jago maen basket
lagi.”
“Masa? Emang ya?”
“Ih Tika,kemana aja sih? Kita
udah 7 bulan sekolah disini,udah mau setaun juga,masa ga tau sih?” ujar Rina
keheranan.
“Iya beneran,ga tau Rin.”
“Ah tau ah, Tika mah aneh.”
“Tapi aku kayaknya agak jutek sama
dia tadi. Namanya juga lagi buru-buru. Tadi dia ngenalin diri aku malah bilang
ke dia : ‘ah ga nanya’ ” ujarku polos.
“Ih Tika. Kamu tuh nyebelin
banget sih. Itu mah parah,bukan jutek lagi.” Kata Rina kesal.
“Ah biarin ah”
_
Seperti biasa aku ke perpus
setiap jam istirahat. Ini merupakan salah satu tempat favoritku. Ya,dengan
tempat tenang seperti ini aku bisa konsentrasi membaca. Hhhh tapi teman-temanku
tak begitu suka membaca. Jadi aku selalu sendirian kalau ke perpus.
Aku pun duduk di pojok kanan.
Sendiri. Ya memang biasanya begitu. Kali ini aku membaca sebuah novel misteri.
Cukup tebal memang. Tapi aku yakin akan membaca habis buku itu dalam waktu
dekat. Tiba-tiba ada yang menghampiriku. Dan tak ku sangka orang itu adalah :
Rian.
“Eh,ketemu lagi.” Ujarnya
“Oh iya” jawabku cuek. “Tumben
disini.”
“Ah enggak kok emang biasa kesini
pas istirahat. Sambil merhatiin kamu dari kejauhan.”
“Maksudnya?” ujarku heran.
“Iya,aku tau kok kamu selalu ke
perpus. Dan selama ini aku terus merhatiin kamu. Dan akhirnya gara-gara
kejadian waktu itu,yang pas bukumu jatuh,aku bisa tau nama kamu. Kamu tuh kalo
baca serius banget,kaya punya dunia sendiri. Dan aku suka ngeliatnya.” Lalu ia
pun tersenyum. Manis sekali. Dan senyumannya itu sehangat matahari. Membuatku
terpesona.
“Oh.” Jawabku singkat. Namun
sebenarnya jantungku berdebar. Mungkin aku mulai menyukainya. Tak ku sangka sudah
lama ia memperhatikanku.
Aku pun melanjutkan membaca tanpa
memperdulikan keberadaannya. Dan ia pun ikut membaca tepat di sampingku. Tidak
tahukah ia bahwa sebenarnya aku gugup sekarang?
Tetapi tetap saja,ada sebersit
kesenangan di hatiku saat ia disampingku. Ya,aku senang hari ini.
Dan bel pun berbunyi,tanda waktu
istirahat sudah selesai. Kami pun berpisah,pergi ke kelas masing-masing.
_
Dan seterusnya kini aku tak
sendiri lagi. Kini Rian selalu menemaniku ketika membaca di perpus. Aku senang.
Dan ini berlangsung sampai kelas 8. Apalagi kami di kelas 8 ini sekelas. Kami
selalu berdiskusi tentang banyak hal. Tetapi dia menjadi sainganku. Di semester
satu memang dia rengking 1 dan aku rengking 2. Tapi selisih nilainya tipis
sekali. Cuma beda koma. Aku tak peduli. Yang penting aku bisa belajar dengan
baik.
Sekarang sudah semester 2. Tak
terasa memang. Sekarang aku fokus belajar untuk mengikuti olimpiade matematika.
Aku akan mewakili sekolahku besama Rian. Jadi hampir seharian aku bersamanya. Kami
pulang lebih sore dari teman-teman lain untuk mempersiapkan lomba itu. Sering
kali kami hanya belajar mandiri tanpa didampingi guru. Jadi kami sering berdua.
Pada suatu hari ia memberikan
sesuatu kepadaku.
“Ini” ujarnya sambil memberikan
sebuah buku.
“Apa ini? Apa maksudnya ngasih
buku ini?”
“Ini diary, tulis aja keseharian
Tika disini. Senang,sedih,atau kejadian apapun tulis disini. Mulai sekarang dia
menjadi sahabat rahasiamu”
“Kok sahabat rahasia?”
“Iya,kan kalo kamu nulis
disitu,nulis rahasia apapun dia ga bakal ngebocorinnya.”
“Oh iya ya,hehe. Makasih ya.”
“Iya sama-sama. Anggep aja hari
ini hari ulang tahun kamu. Mulai sekarang hari ini tanggal lahir palsu kamu,ya.
Ingat itu.” Ujar Rian serius
“Ah kamu ada-ada aja.”
_
Sehari sebelum lomba
dilaksanakan. Tetapi entah mengapa Rian tak datang ke sekolah. Aku
menghawatirkannya. Dia tak biasanya tak hadir tanpa alasan. Tiba-tiba ada kabar
bahwa Rian pindah ke Amerika karena orangtuanya dipindahkan tugas disana.
Sontak aku kaget dan aku tak kuasa menahan air mataku yang sudah membendung.
Tetapi aku harus tegar dan tetap semangat. Karena pelaksanaan lomba hanya hitungan
jam dan aku harus melaksanakannya walaupun tanpa Rian.
Seminggu kemudian
Pemenang lomba sudah diumumkan
dan aku juara 3. Alhamdulillah. Tetapi hatiku sakit karena aku kehilangan Rian.
Dan kini seperti dulu,aku selalu sendirian di perpus. Sambil aku mengenang
kebersamaan kami dulu. Tak apa lah,walau hatiku sakit tetapi aku harus
melanjutkan perjuanganku. Aku harus tetap belajar.
Tetapi hatiku sakit. Sangat
sakit. Untuk mengobatinya aku mengarang sebuah puisi dengan derai air mata. Aku
pun menulis puisi di buku diary pemberiannya.
Tatapanmu
Dirimu yang entah kemana
Entah dimana
Dan aku tak tau kapan
Bisa menemukan tatapan lembutmu lagi
Dirimu yang telah
Menjerat hatiku
Dan setelah itu
Kau tinggalkan
Seberkas kenangan
Dan kini
Aku mempunyai seberkas angan
Untuk mendapatkan tatapan itu lagi
Ya, tatapan yang membuatku terpesona
Ya.. hanya seberkas angan
Di dalam kediaman ini
Ditengah kesunyian hati
Dan kegamangan
Untuk menunggumu kembali
Dan jika kau kembali disisi
Aku ingin mendapatkannya lagi
Ya tatapanmu
Tatapan lembut itu
Yang membuatku merindukanmu
_
Kini aku sudah menjadi mahasiswi
di salah satu universitas negeri ternama. Dan aku masih belum bisa melupakan
Rian. Meskipun tanpa pamit dia pergi,tetapi aku masih menyimpannya di hatiku.
Selain menyimpannya di hatiku,buku diary itu pun masih ada. Ku simpan dengan
rapi di laci meja belajarku. Walau isinya sudah penuh,aku masih menyimpannya
dengan baik. Karena itu satu-satunya hadiah kenang-kenangan darinya. Dan
sesekali aku membaca buku diary itu,untuk mengobati kerinduanku.
Aku pun pergi menuju kampusku
seperti biasa. Tiba-tiba..
“Hei berhenti!”
Aku pun menghentikan langkahku.
Dan seseorang menghampiriku.
“Ini bukumu terjatuh” ujarnya.
Aku terpaku untuk beberapa saat.
Lalu aku teringat seseorang.
“Ini Rian kan? Andrian Dwiharja?”
“iya bener kok, Alindia Kartika.
Maaf ya dulu ga sempet pamit. Aku ga nyangka kita bisa ketemu lagi disini”
“Iya. Udah pindah ke sini lagi?
Dari kapan?
“Dari kelas 12 kok. Tapi aku
tetep kuliah disana. Sekarang lagi liburan.”
“Oh”
Untuk beberapa saat kami terdiam.Dia
pun menatapku lekat. Lalu dia menghela
nafas.
“Hhhh.. Tik, tau ga dari pertama
aku ngeliat kamu aku udah suka sama kamu. Maaf dulu aku ga sempet ngungkapin
ini,mungkin aku dulu terlalu pengecut. Dan sampe sekarang aku masih suka sama
kamu. Selama ini aku ga bisa ngelupain kamu.”
“Sama kok. Aku juga gitu. Aku
juga ga bisa ngelupain kamu selama ini. Apalagi senyuman kamu”
“Kalo gitu,mau ga nunggu aku
lulus 3 tahun lagi? Lagi pula kita bisa ketemu pas liburan. Aku ga mau
kehilangan kesempatan untuk yang kedua kalinya”
Aku pun mengangguk. Rian pun
langsung memelukku.
“Terima kasih sudah mau menungguku.”
Bisiknya.
_
Akhirnya penantianku sudah terjawab. Aku
sangat bahagia bisa bertemu dengannya lagi. Tak apa aku menunggu 3 tahun lagi.
Dan kini aku bisa melihat senyuman itu lagi. Aku bahagia. Minggu depan dia akan
kembali kesana. Dan 3 tahun kemudian,kita akan kembali bersama,seperti dulu.
Rabu, 21 Januari 2015
puisiku
bintang
Sang bintang
Yang menerangi jiwa
Dengan pesonanya
Membuatku tak berdaya
Sang bintang
Yang menguasai pikiran
Yang tak bosan
Mengisi hari
Hingga kini
Hei bintang
Tetaplah bersinar
Walaupun jauh
Aku tetap bisa
Melihat pesona cahayamu disini
Takkan terlupa
Cahayamu itu bagiku
Takkan terlupa begitu saja
Olehku
Hai bintang
Walau aku terlambat
Menyadari pesonamu
Hingga kini
Aku tetap mengagumimu
Mengagumi cahayamu
Yang tak kau sadari
Kau sudah memberikannya untukku
Oleh karena itu
Bisakah kau tetap bersinar?
Walau kau jauh
Ijinkan aku untuk terus
Menikmati cahayamu
Oleh karena itu
Teruslah bersinar
Untukku
puisiku
ini cuma sebuah puisi yang ga sengaja dikarang.... cuma iseng doang. lumayan buat nge-refresh otak gara-gara kebanyakan tugas. mungkin ceritanya puisi tentang kerinduan kepada seseorang dan menunggunya. ini hanya sekedar karangan biasa dan selamat membaca!
tatapanmu
Dirimu yang entah kemana
Entah dimana
Dan aku tak tau kapan
Bisa menemukan tatapan lembutmu lagi
Dirimu yang telah
Menjerat hatiku
Dan setelah itu
Kau tinggalkan
Seberkas kenangan
Dan kini
Aku mempunyai seberkas angan
Untuk mendapatkan tatapan itu lagi
Ya, tatapan yang membuatku terpesona
Ya.. hanya seberkas angan
Di dalam kediaman ini
Ditengah kesunyian hati
Dan kegamangan
Untuk menunggumu kembali
Dan jika kau kembali disisi
Aku ingin mendapatkannya lagi
Ya tatapanmu
Tatapan lembut itu
Yang membuatku merindukanmu
Selasa, 20 Januari 2015
catatan kecil
Pelangiku
Ku rindukan..
Sosok yang wajahnya dapat menyejukan
hati..
Sosok yang senyumnya
Dapat mengubah suasana hati
Dari duka menjadi tawa
Dari risau menjadi ceria
Dari gundah menjadi bahagia
Tutur katanya lembut
Selembut sutera
Akhlaknya indah
Bagaikan mutiara
Sosok yang bisa
Menjawab semua pertanyaanku
Dan pertanyannya adalah
Apakah aku bisa mendapatkan sosok
tersebut?
Kapankah aku mendapatkannya?
Bertemu dengannya?
Akupun masih menunggu..
Menunggu dan menunggu
Seperti menunggu pelangi
Yang datang setelah hujan
Dan kini..
Hujanku belum berakhir
Ku tak tau
Kapan hujanku berakhir
Ku ingin hujanku segera berakhir
Agar aku bisa
Bertemu dengan
PELANGIKU
Langganan:
Postingan (Atom)